Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Selasa, 20 Maret 2012

SEORANG NENEK MENCURI SINGKONG KARNA KELAPARAN, HAKIM MENANGIS SAAT
MENJATUHKAN VONIS !!

Diruang sidang pengadilan, hakim Marzuki duduk tercenung menyimak tuntutan jaksa PU thdp seorg nenek yg dituduh mencuri singkong, nenek itu berdalih bahwa hidupnya miskin, anak lelakinya sakit, cucunya lapar,.... namun manajer PT A**** K**** (B**** grup) tetap pada tunt...utannya, agar menjd contoh bg warga lainnya.

Hakim Marzuki menghela nafas., dia memutus diluar tuntutan jaksa PU, 'maafkan saya', ktnya sambil memandang nenek itu,. 'saya tak dpt membuat pengecualian hukum, hukum tetap hukum, jd anda hrs dihukum. saya mendenda anda 1jt rupiah dan jika anda tdk mampu bayar maka anda hrs msk penjara 2,5 tahun, spt tuntutan jaksa PU'.

Nenek itu tertunduk lesu, hatinya remuk redam, smtr hakim Marzuki mencopot topi toganya, membuka dompetnya kemudian mengambil & memasukkan uang 1jt rupiah ke topi toganya serta berkata kpd hadirin."

Saya atas nama pengadilan, jg menjatuhkan denda kpd tiap org yg hadir diruang sidang ini sebesar 50rb rupiah, sebab menetap dikota ini, yg membiarkan seseorg kelaparan sampai hrs mencuri utk memberi mkn cucunya, sdr panitera, tolong kumpulkan dendanya dalam topi toga saya ini lalu berikan semua hasilnya kpd terdakwa."

Sampai palu diketuk dan hakim marzuki meninggaikan ruang sidang, nenek itupun pergi dgn mengantongi uang 3,5jt rupiah, termsk uang 50rb yg dibayarkan oleh manajer PT A**** K**** yg tersipu malu krn telah
menuntutnya.
Sungguh sayang kisahnya luput dari pers. Kisah ini sungguh menarik sekiranya ada teman yg bisa mendapatkan dokumentasi kisah ini bisa di share di media tuk jadi contoh kepada aparat penegak hukum lain utk bekerja menggunakan hati nurani dan mencontoh hakim Marzuki yg berhati
mulia.
"Read More. . ."

Rabu, 18 Januari 2012

Keseimbangan Hidup

Suatu hari Martin, seorang anak muda yang tengah menanjak karirnya merasa hidupnya tidak bahagia. Isterinya sering mengomel karena merasa keluarga tidak lagi mendapat waktu dan perhatian cukup dari si suami.
Bahkan orangtua dan keluarga besar, menganggapnya sombong dan tidak lagi peduli pada keluarga besar.
Tuntutan pekerjaan membuatnya kehilangan waktu untuk keluarga, teman-teman lama, bahkan saat merenung bagi dirinya sendiri.

Hingga suatu hari, karena ada hal mendesak, Martin harus mendatangi salah satu atasan perusahaan di rumahnya.
Setiba disana, Martin sempat terpukau saat melewati taman yang tertata rapi dan begitu indah.
"Hai Martin, tunggulah di dalam. Masih ada beberapa hal yang harus Bapak selesaikan", seru tuan rumah.
Bukannya masuk, Martin malah menghampiri dan bertanya, "Maaf, Pak. Bagaimana Bapak bisa merawat taman yang begitu indah sambil tetap bekerja dan juga membuat keputusan-keputusan penting dan hebat di perusahaan kita?"
Tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang sedang dikerjakan, atasan Martin menjawab ramah, "Anak muda, maukah kamu melihat keindahan yang lain? Kamu boleh mengelilingi rumah ini. Tetapi, sambil berkeliling, bawalah mangkok susu ini, jangan sampai tumpah. Setelah itu kembalilah kemari".

Dengan sedikit heran, namun senang hati, diikutinya perintah itu. Tak lama kemudian, Martin kembali dengan lega karena mangkok susu tidak tumpah sedikitpun. Atasan Martin bertanya, "Martin, apakah kamu sudah melihat koleksi batu-batuanku atau bertemu dengan burung kesayanganku?"
Sambil tersipu malu, Martin menjawab, "Maaf Pak, saya belum melihat apapun karena konsentrasi saya pada mangkok susu ini. Baiklah, saya akan pergi melihatnya".

Saat kembali lagi dari mengelilingi rumah, dengan nada gembira dan kagum Martin berkata, "Rumah Bapak sungguh indah sekali, asri dan nyaman".
Tanpa diminta, Martin menceritakan apa saja yang telah dilihatnya.
Atasan Martin hanya mendengar dengan tersenyum puas sambil mata tuanya melirik susu di dalam mangkok yang hampir habis.
Menyadari lirikan Atasannya ke arah mangkok, Martin berkata, "Maaf Pak, keasyikan menikmati indahnya rumah Bapak, susunya tumpah semua".

"Ha ha ha ha ha ha! Martin, apa yang kita pelajari hari ini? Jika susu di mangkok itu utuh, maka rumahku yang indah tidak tampak olehmu. Jika rumahku terlihat indah di matamu, maka susunya tumpah semua. Sama seperti itulah kehidupan, harus seimbang. Seimbang menjaga agar susu tidak tumpah sekaligus rumah ini juga indah di matamu. Seimbang membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Semua kembali kepada kita, bagaimana membagi waktu dan memanfaatkannya. Jika kita mampu menyeimbangkan dengan bijak, maka pasti kehidupan kita akan harmonis".
Seketika itu, Martin tersenyum gembira, "Terima kasih, pak. Tidak diduga saya telah menemukan jawaban kegelisahan saya selama ini. Sekarang saya tahu, kenapa orang-orang menjuluki Bapak sebagai orang yang bijak dan baik hati".
"Read More. . ."